SEKELUMIT CERITA TENTANG DUA KAKEK TUA DI GLADHAK PERAK

 


Oleh: Eni Setyowati

 

Malam itu akhirnya kami memutuskan bahwa besok pagi pulangnya lewat jalur Malang Selatan. Sebenarnya dari segi kenyamanan memang tetap lebih nyaman lewat tol, tetapi karena bermaksud menunjukkan ke kakak jalur selatan agar nanti saat dia sudah benar-benar kuliah di Jember tahu jalur selatan, maka kami sepakat untuk lewat jalan selatan. Yaaa… si kakak kini telah kuliah dan diterima di jurusan Teknik Sipil Universitas Jember. Akibat adanya pandemi corona, selama satu semester kemarin pembelajaran dilakukan secara daring dari rumah. Otomatis si kakak belum tahu kampusnya dan belum tahu daerah di sekitar Jember. Sangat berbeda dengan saat sebelum pandemi, begitu calon mahasiswa diterima di sebuah perguruan tinggi, maka ia akan segera mencari kos dan “tetek bengeknya”, tetapi mahasiswa baru saat ini tak demikian. Jangankan mencari kos, mengenal temannya saja secara virtual di dunia maya….he he he.

Ceritanya nih…pada bulan Nopember 2020 kemarin, alhamdulillah si kakak telah mendapatkan kos-an, karena diperkirakan bulan Januari 2021 sudah perkuliahan normal, tetapi ternyata pandemi masih belum berakhir, bahkan serangan virus corona gelombang 2 justru semakin mengkhawatirkan. Akhirnya belum jadilah di bulan Januari kos ditempati. Namun, beberapa waktu yang lalu ada informasi dari jurusannya bahwa di semester dua ini untuk praktikum akan dilaksanakan secara offline, sehingga akhir pekan kemarin, saya dan papanya mengantarkan si kakak lihat kos di Jember dan mengajaknya keliling kota Jember. Alhamdulillah perjalanan berjalan dengan lancar.

Pukul 10.00 WIB kami tiba di Jember, langsung menuju tempat kos, sekiranya sudah cukup, kami melanjutkan keliling kota Jember. Malam harinya kami menginap di penginapan, dan esok paginya sekitar pukul 07.30 WIB kami pulang lewat jalur selatan. Perjalanan kami nikmati dengan santai dan menyenangkan, sambil melihat pemandangan yang indah di sepanjang jalan. Sekitar pukul 10.00 WIB, kami sampai di daerah yang bernama Gladhak Perak (hasil bertanya ke bapak pemilik warung hehehe). Kami istirahat sebentar di dekat jembatan sambil menikmati kopi dan moccacino. Tiba-tiba dari seberang jalan ada dua kakek yang berjalan beriringan. Entah dari mana dan mau ke mana kedua kakek tersebut. Oleh pemilik warung kedua kakek tersebut diminta mampir ke warung untuk sekedar dibuatkan kopi, namun mereka benar-benar tak mau mampir. Sesampai di jembatan yang berada di dekat warung, kedua kakek itu melihat-lihat sungai di bawah jembatan, entah apa yang dilihatnya. Tak lama kemudian mereka jalan kembali, sepertinya mereka akan pulang lagi, hingga akhirnya melewati warung tempat kami beristirahat.

Segera suami menghampiri kedua kakek tersebut, dengan harapan agar mereka mau minum sebentar di warung, karena kelihatannya mereka dari perjalanan yang cukup jauh (jalannya berkelok-kelok dan hutan). Namun, mereka tetap tak mau ke warung, dan setelah ditanya suami ternyata mereka sedang melihat kondisi sungai di bawah jembatan itu, karena saat ini rumahnya banjir. Mereka menduga mungkin air di sungai meluap, sehingga mereka ingin melihat kondisi sungai. Namun, ternyata kondisi sungai biasa saja, tidak meluap. Ya Allah kasihan…. Karena bersikukuh tetap tidak mau mampir ke warung, akhirnya saya berinisiatif membelikan minum air mineral dan roti. Alhamdulillah kedua kakek tersebut mau menerimanya. Lumayan bisa untuk melepas dahaga saat di jalan. Ya Allah…. Saya hanya bisa mengodakan semoga kedua kakek tersebut selalu diberi kesehatan dan rumahnya segera surut banjirnya. Aamiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TIADA JALAN TANPA DEBU, TIADA KESUKSESAN TANPA DOA ISTRI DAN IBU” (Sebuah catatan untuk suami dan anak-anakku)

BAROKALLOH FII UMRIK SUAMI DAN ANAK PERTAMAKU

SUDAHKAH MENGENAL ANAK KITA?