KOMUNIKASI DI DALAM PEMBELAJARAN
Oleh: Eni Setyowati
Komunikasi
sebagaimana yang telah kita ketahui bersama merupakan sebuah alat/sarana bagi manusia
yang berkedudukan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia
membutuhkan orang lain. Proses ini dinamakan sebagai interaksi. Di dalam berinteraksi,
tentunya selalu terjadi komunikasi. Demikian juga yang terjadi di dalam proses pembelajaran.
Di dalam proses pembelajaran selalu terjadi interaksi antara pendidik dan peserta
didik. Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan efektif, maka diperlukan
komunikasi yang baik.
Komunikasi tidak
hanya sebatas bertukar informasi semata, tetapi komunikasi memiliki banyak
fungsi, salah satunya adalah sebagai fungsi pendidikan. Di dalam pendidikan,
komunikasi berperan sebagai sarana pengalihan ilmu pengetahuan, sehingga mendorong
terjadinya perkembangan intelektual serta pembentukan watak dan keterampilan. Komunikasi
sebagai sarana pengalihan ilmu pengetahuan dapat terjadi antara pendidik dengan
peserta didik, serta antar peserta didik itu sendiri.
Terdapat tiga
format komunikasi di dalam proses pembelajaran, antara lain format komunikasi
intrapersonal, format komunikasi
interpersonal, dan format komunikasi kelompok kecil. Pertama, format
komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal dapat kita sebut sebagai komunikasi
dengan diri sendiri. Tentu banyak yang bertanya, “Bagaimana komunikasi dengan
diri sendiri?” Di dalam komunikasi ini, seseorang akan berperan sebagai
pengirim sekaligus penerima pesan. Ia akan berbicara kepada dirinya sendiri,
berdialog, bertanya serta menjawab pertanyaannya sendiri. Apa saja bentuk dari
komunikasi intrapersonal ini? Di dalam komunikasi intrapersonal, kita mengalami
yang namanya persepsi, ideasi, dan transmisi. Persepsi merupakan penginderaan
terhadap suatu kesan yang timbul dalam diri manusia terhadap apa yang
dihadapinya. Biasanya persepsi ini diawali dengan sensasi yang dipengaruhi dari
pengalaman, kebiasaan, maupun kebutuhan. Contoh, saat kita menghadiri suatu
acara yang sangat megah, yang mana kita tak pernah membayangkannya, maka akan
timbul sensasi di dalam diri kita yang diekspresikan dengan “melongo”, ataupun
berkomentar, “wah..acaranya megah sekali”. Nah contoh ini adalah bentuk
komunikasi intrapersonal, dimana kita mengalami persepsi. Selanjutnya ideasi.
Ideasi biasanya ditandai dengan proses mengkonsepsi terhadap apa yang
dipersepsi. Pada ideasi ini kita akan melakukan seleksi terhadap semua
informasi, pengetahuan ataupun pengalaman. Terakhir kita akan mengalami
transmisi. Transmisi ini merupakan sebuah penalaran. Di dalam proses transmisi
ini, hasil dari komunikasi itu akan menghasilkan suatu pernyataan yang
meyakinkan, sistematis dan logis.
Selain kita
mengalami persepsi, ideasi dan transmisi, tentunya dipengaruhi juga oleh memori
dan penalaran. Memori memegang penting di dalam komunikasi. Bayangkan jika kita
tidak mempunyai memori, tentunya kita tidak dapat menyimpan apapun yang kita
hadapi. Melalui memori ini kita melakukan perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.
Perekaman merupakan pencatatan informasi. Penyimpanan merupakan seberapa lama
informasi itu ada bersama kita. Memoripun ada memori jangka pendek dan jangka panjang.
Sedangkan pemanggilan merupakan pengingat kembali terhadap informasi yang telah
kita simpan. Selanjutnya penalaran. Penalaran disebut juga sebagai proses berpikir.
Daya nalar seseorang tentunya akan membedakannya dengan orang lain. Menalar berarti
proses jalannya pikiran menuju suatu kesimpulan. Misalnya, jika kita melihat
sampah ada di dekat kita, kita akan mengambil dan membungnya ke tempat sampah. Pad
proses itu, penalaran kita bekarja. Di dalam pembelajaran, proses bernalar ini
sangat diperlukan, khususnya dalam memahami materi pembelajaran.
Kedua, format komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi antara individu dengan individu lain. Di dalam komunikasi
interpersonal ini kita akan mengalami afeksi, inklusif dan kontrol. Afeksi
merupakan keinginan untuk mendapatkan perhatian atau kasih sayang. Inklusif
merupakan keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok tertentu. Kontrol merupakan
keinginan untuk memengaruhi orang atau peristiwa tertentu. Kita membutuhkan
komunikasi interpersonal, karena adanya kebutuhan kita akan rasa aman, rasa
memiliki, mendapatkan harga diri maupun untuk aktualisasi diri. Di dalam
pembelajaran, komunikasi ini dapat terjadi antara pendidik dengan peserta
didik, maupun peserta didik dengan peserta didik. Agar komunikasi interpersonal
dapat berjalan lancar, maka komunikasi itu harus efektif.
Ketiga, format komunikasi kelompok kecil. Sebagai, makhluk sosial, tentunya
kita akan membentuk hubungan atau mengelompok, baik dalam kelompok kecil maupun
besar. Di dalam pembelajaran, yang dinamakan kelompok adalah kelompok belajar
misalnya 4-8 orang, kelompok kelas, atau yang lainnya. Di antara anggota
kelompok itu tentunya akan terjadi interaksi. Melalui komunikasi, akan terjadi
proses memengaruhi satu sama lain, mendapatkan keputusan bersama, menentukan
tujuan bersama, mengambil peranan ataupun kegiatan lainnya. Apalagi di jaman
sekarang ini, pembelajaran dilakukan secara stundent centered, maka
pembelajaran kolaborasi dan kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang dipilih. Diharapkan dengan pembelajaran kolaborasi dan kooperatif akan
menemukan banyak ide dan gagasan serta solusi yang ditawarkan. Hasil penelitian
Bastrom pada tahun 1970 menyebutkan bahwa jika jumlah anggota kelompok ada 2,
maka jumlah kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 2. Jika jumlah anggota
kelompok 2, jumlah kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 9. Jika jumlah
anggota kelompok 3, jumlah kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 28. Jika
jumlah kelompoknya 5, jumlah kemungkinan
terjadinya komunikasi sebanyak 75. Jika jumlah anggota kelompok 6, jumlah kemungkinan
terjadinya interaksi sebanyak 186. Jika jumlah anggota kelompok 7, jumlah kemungkinan
terjadinya interaksi sebanyak 441. Jika jumlah anggota kelompok 8, jumlah
kemungkinan terjadinya interaksi sebanyak 1056. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa proses terjadinya interaksi melonjak tajam seiring dengan
kenaikan jumlah anggota kelompok. Namun demikian, bukan berarti bahwa semakin
banyak jumlah anggota kelompok, maka interaksi akan semakin efektif. Dalam hal
ini, pendidik harus dapat mengadopsi sesuatu yang baik agar tujuan pembelajaran
tercapai.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan agar komunikasi di dalam kelompok dapat efektif adalah: (1)
hanya materi yang sulit yang perlu adanya pembelajaran kelompok. Selain itu pendidik
juga harus memperhatikan level pengetahuan yang menjadi tagihan di dalam indikator.
(2) Pendidik harus merancang bentuk interaksi dalam kelompok secara jelas dan
tegas. (3) Pendidik harus memastikan bahwa pola interaksi dan komunikasi adalah
tindakan berkolaborasi dan bukan “mengajari” antara siswa yang pintar dan
kurang pinta, dan (4) Di dalam kelompok tidak melakukan kegiatan meringkas
materi.
Nah, berdasarakan
uraian di atas, maka kita sebagai pendidik harus benar-benar mempunyai kreativitas
dalam menentukan pola interaksi yang ada, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sebagai pendidik, jangan segan-segan belajar dan terus belajar. Jaman milenial ini
tidak ada kata “pendidik lebih pintar dari peserta didik”, bahkan bisa terjadi
sebaliknya. Ilmu pengetahuan yang dapat diakses dengan mudah akan menjadikan
dunia menjadi berubah. Siapa yang mau mencari ilmu pengetahuan, maka ia yang
akan mampu beradaptasi dengan perubahan jaman. Selamat berkreasi dan terus
belajar!!!!
Mantab sekali bu doktor...
BalasHapusTerimakasih
BalasHapus