NIKMAT SAKIT
Oleh: Eni Setyowati
Berbulan-bulan kurasakan kondisi aneh di tubuhku ini. Dua dokter spesialispun telah kukunjungi. Dokter yang pertama menyatakan "tidak apa-apa, saya kasih vitamin saja." Kutunggu perkembangannya selama sebulan, tidak ada perubahan. Kembali kuperiksakan, diminta ke laboratorium untuk periksa darah. Besoknya segera ke laboratorium, dua hari hasil labortorium keluar, hasilnya bagus, normal. Alhamdulillah. Bulan berikutnya, masih tetap sama tidak ada perkembangan. Ku kembali ke dokter, alhasil, seperti yang kemarin diberi vitamin.
Bulan berikutnya masih tak berubah. Aku berinisiatif ganti dokter. Sore itu sambil membeli lauk, kuniatkan untuk sekalian daftar ke dokter spesialis yang lain. Dapat antrian no 3. Setelah maghrib aku kembali ke dokter kedua. Kuceritakan apa yang aku alami. Sang dokter bertanya, "kok baru sekarang diperiksakan?" Akupun cerita. Catatan resep dan pengantar ke laboratorium pun diberikan, sambil sang dokter berkata, "jika tetap maka harus dikuret". Deg...
Keesokan harinya aku ke lab untuk cek darah, cek urine dan papsmear. Dua hari kemudian, ada pesan sms bahwa hasil lab atas namaku sudah jadi. Segera kuambil di lab. Penasaran dengan hasilnya, meskipun belum ke dokter ku buka hasil itu. Dengan kemampuan meminta tolong mbah google, kucoba membaca hasilnya. Alhamdulillah pada umumnya semua normal, meskipun ada beberapa (hanya sedikit) yang tidak normal. Terutama Hb yang di bawah normal dan LED/laju endap darah yang di atas normal. Kutelusuri mbah google, Hb yang rendah menunjukkan anemia/kurang darah, sedangkan LED tinggi menunjukkan ada infeksi. Kubawa ke dokter, alhamdulillah dokter menyampaikan tidak apa-apa. Akupun diberi obat dan vitamin.
Dua bulan berikutnya, kondisi masih tak berubah. Tepatnya hari Rabu kemarin (7 Oktober 2020) aku ke dokter lagi. Begitu giliranku tiba, akupun masuk ke ruang dokter, kusampaikan apa yang kurasakan. Akupun tidur di tempat tidur pasien, dokter melakukan tindakan. Setelah selesai, aku kembali duduk di depan dokter. Dokterpun menyampaikan, besok malam ke RS, Jum'at pagi harus dikuret. Deg....akupun menawar, karena hari Kamis dan Jum'at suami ada tugas ke luar kota, maka akupun meminta bagaimana kuret dilakukan hari Senin. Dokterpun menyetujui. Beliau segera membuatkan surat rujukan. Tak lupa beliau menyampaikan tujuan dari tindakan ini, dan apa saja yang harus dilakukan sebelum kuret. Kemudian dokter menuliskan di lembar rujukan beberapa tes yang harus aku lakukan sebelum kuret. Ada satu kata yang membuat aku tak bisa tidur, "tes covid"..... hmmmm memang satu kata itu yang saat ini menjadikan momok bagi semua orang. Pikiranpun berkelana ke mana-mana... "waduh, bagaimana kalo rapidnya reaktif, kemudian di swab dan lain-lain." Keesokan paginya segera ke apotik untuk membeli vitamin kekebalan imun hehehe. Segera pesan madu, karena persediaan madu di rumah menipis. Kurma dan air zam-zam segera disiapkan. Tiap pagi mengkonsumsinya. Selain tes covid, satu lagi kalimat yang kubaca yang juga cukup menakutkan, "transfusi darah". Jika Hb kurang dari 9 maka harus dilakukan transfusi darah sebelum kuret. "Waduh".... Beberapa hari sebelum kuret segera kumanjakan tubuhku. Selama dua hari aku mengkonsumsi sate kambing. Alhamdulillah di dekat rumah ada sate kambing yang menurutku enak.
Hari minggu (11 Oktober 2020) tiba. Rasa deg-deg an semakin menggoda. Kubuat minggu pagi itu untuk melupakannya sejenak. Sesudah sholat Subuh, kubuat olahraga dengan mengerjakan pekerjaan rumah mulai menyapu, mengepel dari depan pagar, belakang hingga lantai atas. Tiga kamar mandi, kecuali kamar mandi di kamar anak sulung kubersihkan. Alhamdulillah lega rasanya rumah telah bersih. Nanti malam jika ditinggal ke rumah sakit, rumah sudah bersih.
Waktu itu tiba, minggu malam, setelah maghrib, aku dan suami segera meluncur ke sebuah RS yang tak begitu jauh dari rumah. Segera kami menuju IGD, dan memberikan rujukan. Aku disuruh tidur di tempat tidur pasien, dan segera diperiksa. Mulai cek tensi, jantung, darah hingga diberi cairan infus. Tak lama kemudian dibawa ke ruang rongten. Alhamdulillah semua berjalan lancar....jantung bagus, tensi normal, Hb di atas 9, paru-paru bagus dan tidak terindikasi covid. Laa hawla wa laa quwwata illa billahil áliyyil azhimi.
Di rasa sudah cukup untuk pemeriksaan, akupun dibawa ke kamar di ruang bersalin. Alhamdulillah kamar di ruang bersalin yang isi satu orang masih ada, hingga aku bisa pesan di kamar tersebut. Tak terbayang jika aku harus nginap di kamar bersalin, bersamaan dengan ibu-ibu yang mau melahirkan, belum bagaimana suami menungguiku, dengan disampingnya ibu-ibu yang akan melahirlan. Alhamdulillah wa syukurillah aku dapat kamar sendirian.
Tentu saja malam itu aku tak bisa tidur tenang. Selain karena di tempat yang baru, tentu saja masih kepikiran bagaimana esok. Pagipun telah tiba. Pukul 06.30 perawatpun datang, membawakan baju hijau seragam kebesaran untuk pasien yang akan operasi. Segera kupakai dan akupun di antar masuk ke ruang tindakan. Deg deg deg... jantungku berdegup. Segera aku tidur di tempat yang disediakan. Disuntik antibiotik lewat infus dan dipasang alat untuk melihat denyut jantung dan oksigen. Mataku berketip melihat sekeliling. Dokter belum ada, hanya perawat yang sesekali berjalan di dekatku mengambil peralatan yang kebetulan ada di dekatku. Sekitar pukul 07.30 ada seorang bu dokter (kemungkinan bu dokter anestesi, karena saya tidak tahu itu dokternya atau siapa, apalagi memakai masker, tapi kuanggap itu dokter anestesi) yang datang membawa cairan di pipet dan menyuntikkan lewat infus. Akupun di suruh nafas panjang dan melepaskannya. Akupun biasa, kurasakan hampir sama saat diambil darahku. Tak lama kemudian bu dokter itu datang lagi membawa cairan di pipet, cairan itu berwarna kuning muda, disuntikkan lagi lewat infus, lagi-lagi aku disuruh nafas panjang, dan terakhir aku di suruh menelan ludah. Setelah menelan ludah...akupun sudah tak ingat apa-apa. Sepertinya itu obat bius dan telah membiusku.
Itulah yang kurasakan terakhir kali sebelum aku dilakukan tindakan. Selama tiga jam, ternyata aku berada di bawah alam sadar. Halusinasiku bertaburan ke segala arah. Saat itu yang kurasakan aku berada di suatu tempat, yang mana aku tidak tahu itu tempat apa. Aku seperti diajak berputar-putar mengelilingi bukit. Mungkin efek lama gak rekreasi karena pandemi hehehehehehe. Tidak terdengar suara apapun, semua terasa sepi. Kira-kira pukul 10.30 samar-samar mulai ku dengar ada suara. Ada suara suami, suara ibu, dan suara si sulung. Ku coba membuka mata, berat sekali rasanya. Kucoba melihat sekeliling semakin pusing dan mual yang kurasakan. Hingga kurang lebih lima kali akupun memuntahkan cairan kuning dari mulutku. Waktu terus berputar, pelan-pelan kesadaranku mulai pulih, namun pusing dan mual tak kunjung hilang. Sekitar pukul 15.30 aku belajar duduk, dan minta dipindah di kamar. Sesampai di kamarpun mual tak tertahankan hingga akhirnya muntahpun tak bisa kuhindari. Sejenak aku istirahat sambil tiduran sekejap. Kepengen cepat pulang dan istirahat di rumah. Kukuat-kuatkan tubuhku, aku harus kuat agar bisa pulang. Alhamdulillah saat ditanya perawat aku sudah enakan dan akhirnya boleh pulang (meskipun sebenarnya masih pusing dan mual hehehe). Malam itu akhirnya aku boleh pulang dan harus konrol lagi hari Senin lusa, serta menunggu hasil biopsi darah 2 minggu ke depan. Semoga hasilnya bagus aamiin.
Selasa (13 Oktober 2020) aku bisa menikmati pagi di rumah lagi. Alhamdulillah lega rasanya. Namun, pusing dan mual tak kunjung hilang. Hanya makan dan tidur aktivitasku saat ini di rumah sesekali buka dan balesin WA, karena memang harus istirahat dan makan enak hehehe. Gimana bisa makan enak, lha makan agak banyak aja jadinya mual. Alhamdulillah semakin hari semakin membaik, meskipun sampai hari ini sesekali masih pusing dan mual, tetapi sudah bisa aku buat menulis. Dan alhamdulillah lahirlah tulisan sederhana ini di tengah kepusingan dan kegliyenganku hehehe. Ya Allah betapa indahnya karunia yang telah Engkau berikan, hingga aku dapat menikmati nikmat sehat dan nikmat sakit. Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, semua adalah milikMu. Tuntunlah aku untuk selalu bersyukur atas nikmatMu.
"Jika nikmat sehat adalah cara Allah menguji syukurmu, maka nikmat sakit adalah cara Allah menguji kesabaranmu." Jadi, ketika sakit janganlah menyebut sebagai ujian, tetapi sebutlah sebagai kenikmatan. Kenikmatan untuk lebih dekat kepada Allah. Kenikmatan untuk beristirahat sejenak dari kerasnya dunia, kenikmatan untuk sejenak berpikir secara bijak tentang nikmat Allah yang diberikan kepada kita selama ini dengan cuma-cuma. Dan ketika nanti kita diberikan kesehatan kembali oleh Allah, tak lain karena Allah ingin pula melihat besar rasa syukur kita kepadaNya. Maka, tetaplah bersyukur dalam keadaan apapun. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya.
Tetap bersyukur... Syukur... Semoga kesehatan selalu menyertai kita. Aamiin...
BalasHapusMasyaallah. Semoga sehat selalu Bu
BalasHapusAamiin... Maturnuwun semuanya... Semoga kita selalu diberi kesehatan
BalasHapusSemoga cepat sembuh dan segera pulih kembali mb Eni😍. Syafakillah
BalasHapusAamiin... Makasih mbak Nur.... Semoga kita semua selalu diberi kesehatan... Aamiin
BalasHapusMugi-mugi segera sehat pulih kembali Bu Eni
BalasHapusAamiin..alhamdulillah sudah sehat
Hapus