MENUJU MUARA KHUSYU’ DALAM SHOLAT

 


Oleh: Eni Setyowati

 

Telah beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang di

dalam shalatnya khusyu'. 

(QS. Al-Mu'minun: 1-2)

 

            Berbicara tentang khusyu’ dalam sholat, saya merasa sangat sulit sekali mencapai khusyu’ dalam sholat. Selama ini saya sering mengalami ketidakkonsentrasian di tengah-tengah mengerjakan sholat. Misalnya, tiba-tiba teringat sesuatu yang telah terjadi, atau sering juga ide itu muncul di tengah-tengah sholat hehehehe. Saya akui, memang sangat sulit mencapai khusyu’ dalam sholat. Mungkin pembaca juga banyak yang mengalami seperti yang saya alami. Marilah disini saya akan mencoba memaknai apa sebenarnya khusyu’ dalam sholat dan bagaimana menuju kekhusyu’an dalam sholat. Semoga dengan kita bisa memaknai khusyu’ dalam sholat, maka sholat kita nantinya akan menjadi lebih khusyu’ lagi...aamiin yra.


          Shalat adalah menghadapkan jiwa (hati) dan raga kepada Allah sesuai dengan petunjukNya dengan ikhlas dan khusyu’, baik dalam bacaan maupun gerakan (perbuatan) yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ikhlas dan khusyu’ ini adalah kuncinya ibadah dan ketaatan. Oleh karena itu amal yang dilakukan tanpa ikhlas dan khusyu’, ibarat badan tanpa ruh. Demikian juga dalam sholat.

           Khusyu’ dapat berarti tenang dan menunduk karena merasa hina. Jika hati kita khusyu’, tentunya pendengaran, penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badan kita ikut khusyu’. Jadi jika kita khusyu’ dalam sholat, tentunya kita merasa hadirnya hati di Allah dengan merasa kedekatanNya, sehingga hati kita merasa tentram dan jiwa kita merasa tenang, yang akhirnya semua gerakan kita juga akan tenang, tidak berpaling dan bersikap santun kepada Allah. Kita juga akan menghayati semua ucapan dan perbuatan yang akan kita lakukan dalam sholat, sehingga kita akan terhindar dari bisikan-bisikan setan.

            Berdasarkan pengertian dari khusyu’ di atas, maka di dalam sholat, kita seharusnya mengenal Allah, menghadirkan hati mengagungkanNya, takut kepada azabNya, melakukan gerakan dan ucapan sholat seperti Sholat Nabi Muhammad SAW, menyadari bahwa sholat adalah perjuangan, terjadinya komunikasi dengan Allah SWT, merenungi/menghayati setiap gerakan dan ucapan ketika di dalam sholat, ikhlas dalam mengerjakan sholat, memusatkan pikiran hanya kepada Allah dan meyakini bahwa Allah melihat sholat kita dan ada malaikat yang ditugaskan mencatat nilai sholat kita, menghindari berpalingnya hati dan anggota tubuh dari sholat, memelihara tuma’ninah (ketenangan) tidak berburu-buru di dalam mengerjakan sholat, semangat dalam mengerjakan sholat, menghindarkan segala yang menyibukkan dan mengganggu sholat, tidak memandang sesuatu yang merusak konsentrasi sholat, dan hendaknya mengerjakan sholat seperti orang yang akan meninggalkan alam fana ini (mengingat mati).

            Yang sering menjadikan pertanyaan adalah “mengapa sulit sekali kita sholat dengan khusyu”? Sebenarnya terdapat satu hal esensial yang bisa menyebabkan ketidak khusyu’an kita dalam sholat yaitu sholat seakan-akan menjadi beban. Sebaiknya sholat tidak kita anggap sebagai beban tetapi adalah sebagai kewajiban, yang kemudian kita tingkatkan lagi untuk menjadi sebuah kehormatan bagi kita. Sebagai rasa kehormatan bagi kita, maka kita akan merasa butuh kepada Allah. Jika kita butuh kepada Allah, maka tidak mungkin jika setelah sholat kita langsung bubar, tetapi kita akan berdikir dan berdoa kepada Allah terlebih dahulu. Melalui berdo’a tentunya kita akan berkeluh kesah kepada Allah, dan disnilah muara kekhusyu’an kita secara berangsur-angsur akan mengalir. Kita harus menyadari bahwa kita penuh dengan dosa, setiap perkataan dan perbuatan kita baik yang secara sengaja atau tidak disengaja pastinya ada dosanya, maka dengan menyadari kita selalu punya dosa ini tentunya akan menambah rasa khusyu’ kita dalam sholat. Namun seringkali banyak kita jumpai, bahwa banyak orang yang sedang tertimpa masalah, maka sholatnya khusyu’, namun jika masalahnya selesai kembali tidak khusyu’ lagi (asal-asalan). Wallahu a’lam bishawab....semoga kita terhindar dari yang demikian itu....aamiin yra.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TIADA JALAN TANPA DEBU, TIADA KESUKSESAN TANPA DOA ISTRI DAN IBU” (Sebuah catatan untuk suami dan anak-anakku)

BAROKALLOH FII UMRIK SUAMI DAN ANAK PERTAMAKU

SUDAHKAH MENGENAL ANAK KITA?