CATATAN KERINDUAN DARI BALIK JERUJI (Terinspirasi dari Buku Pena Bunda)



Oleh: Eni Setyowati


            Hari ini saya mendapat tugas untuk memberikan penyuluhan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) perempuan kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin mingguan yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M IAIN Tulungagung. Setiap hari Kamis, pukul 13.30 -15.00 WIB secara bergantian dosen perempuan mendapat tugas mengisi di lapas. Selama pandemi, hari ini merupakan kegiatan kedua saya mengisi di lapas setelah bulan Oktober 2020 yang lalu.

            Di bulan Oktober 2020 yang lalu, saat mengisi kegiatan di lapas, saya sengaja membawakan 2 buah buku “Pena Bunda” karya saya, dengan maksud agar dapat dimanfaatkan untuk bacaan ringan di sela-sela kegiatan kosong mereka. Saya yakin bahwa mereka tidak sepenuhnya berkegiatan, di saat mereka longgar dapat digunakan untuk membaca agar menghilangkan kejenuhan. Saya rasa buku Pena Bunda dapat menjadi obat kerinduan untuk keluarga, karena buku Pena Bunda bercerita tentang kebersamaan seorang ibu dengan keluarga. Kebiasaan saya memberikan buku di beberapa tempat dan even bukan hanya sekali ini saja, sudah beberapa kali saya lakukan, misalnya saat menjadi DPL KKN, biasanya saya memberikan beberapa buku ke desa, saat menjadi DPL magang, saya juga memberikan buku ke sekolah, atau saat kegiatan yang lain.

*********

            Nah…seperti biasanya, siang hari ini saya bermaksud memberikan materi kepada teman-teman di lapas. Materi yang akan saya berikan adalah tentang berita yang lagi booming di masa pandemi ini. Sesuai dengan bidang saya, yaitu Biologi, hari ini saya bermaksud memberi materi tentang vaksinasi covid 19. Sejak kemarin saya sudah menyiapkan materi tersebut. Tepat pukul 13.30 WIB, saya tiba di Lapas, seperti biasa saya disambut di pintu masuk oleh pegawai lapas. Meninggalkan KTP adalah syarat utama, tak lupa tetap mematuhi prokes, pakai masker, diukur suhu dan pakai hand sanitizer. Namun, hari ini ada yang berbeda, biasanya saya diperbolehkan membawa tas saya, kali ini semua barang saya harus ditinggal di tempat petugas. Beberapa foto copy materi dan satu bolpoin saja yang boleh saya bawa masuk ke ruang kegiatan.

            Begitu saya tiba di ruang acara, saya harus menunggu sekitar sepuluh menit, karena mereka masih menyiapkan tempat. Saat itu saya gunakan untuk mengobrol dengan ibu petugas dan mbak cantik CPNS baru yang berasal dari Jombang. Tak lama kemudian acarapun berlangsung. Setelah saya mengucapkan salam, perkenalan, dan akan memulai menyampaikan materi, tiba-tiba ada salah satu dari mereka yang bertanya, “apakah ibu yang menulis buku Pena Bunda?” sayapun menjawab “iya”. Maklum saya menggunakan masker, mereka takut keliru. Kemudian mereka bercerita, “bu, baru kemarin saya cerita dengan teman-teman tentang ibu, kapan ya bu Eni ngisi di sini lagi, kami mau tanya-tanya tentang menulis, lha alhamdulillah kok hari ini bu Eni yang ngisi, wah tumus,” kata mereka. Wah….saya tentunya sangat senang dan terharu. Di antara berempat belas, ada tiga yang sangat antusias bisa menulis dan mempunyai buku. Akhirnya saya sedikit cerita dan memotivasi mereka serta siap membantu.

            Diskusi singkat tentang menulis kami akhiri dulu untuk sementara, kemudian acara saya lanjutkan dengan memberikan materi tentang vaksinasi covid-19. Setelah pemberian materi selesai, kami kembali berdiskusi tentang buku. Bahkan saking semangatnya, mereka bertiga menunjukkan catatannya di buku tulis, ada 20 puisi dan ada beberapa esai. Sekilas saya membacanya, wah….bagus-bagus dan menarik. Banyak puisi dan esai yang bertema tentang kerinduan mereka di balik jeruji. Entah itu kerinduan kepada keluarga, orang tua, anak, maupun suami. Mereka bertanya bagaimana bisa menulis dan menjadikannya sebuah buku, bagaimana menulis yang benar dan lain sebagainya. Tentu saja saya mendukungnya, saya mengatakan, "silahkan... pokoknya menulis saja dulu, nanti pasti ada editornya. Di awal, wajar jika banyak kekurangan, lambat laun pasti akan bagus." Saat saya mengatakan, “silahkan ditulis di kertas/buku dulu, nanti diberikan ke saya, saya siap ngetikkan (maklum di lapas tidak boleh membawa laptop/hp, jadi mereka hanya bisa menulis di buku atau kertas) dan membantu sampai buku terbit," mereka sangat senang sekali.

            Setelah mereka menunjukkan catatannya di buku, dan saya meminta untuk menyalinnya dan nanti diberikan kepada saya, mereka sangat senang dan antusias. “Baik bu, mulai nanti saya akan menyalin catatan itu dan akan saya titipkan ke ibu dosen lain yang akan mengisi lagi di sini,” kata mereka. Alhamdulillah senang sekali rasanya. Di akhir pertemuan, mereka menunjukkan buku Pena Bunda yang pernah saya berikan dulu. Di profil penulis pada buku Pena Bunda terdapat beberapa buku yang pernah saya tulis, dan ada beberapa buku yang ingin mereka baca, inshaAllah kapan-kapan akan saya beri buku lagi dan akan saya titipkan ke ibu dosen lain yang akan mengisi di Lapas. Alhamdulillah buku itu bermanfaat dan menginspirasi mereka. Bismillah semoga keinginan mereka bisa menulis kerinduannya menjadi sebuah buku akan tercapai….Aamiin. Saya tak bisa membayangkan bagaimana terharunya membaca cerita kerinduan mereka. Semoga mereka selalu dikuatkan dan apa yang telah mereka alami menjadi pembelajaran agar mereka menjadi lebih baik…Aamiin.

            Akhirnya, waktu telah menunjukkan pukul 15.00 WIB, saya segera menutup acara dengan doa, dan sayapun berpamitan pulang. Segera saya bergegas keluar, dan tak lupa sampai di ruang petugas, saya mengambil KTP dan tas saya, serta tak lupa minta foto dengan mas Indra (salah satu petugas lapas), sebagai bukti dokumentasi kegiatan hari ini. Semoga buku Catatan Kerinduan dari Balik Jeruji segera terwujud. Aaminn….Wassalam….



Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TIADA JALAN TANPA DEBU, TIADA KESUKSESAN TANPA DOA ISTRI DAN IBU” (Sebuah catatan untuk suami dan anak-anakku)

BAROKALLOH FII UMRIK SUAMI DAN ANAK PERTAMAKU

SUDAHKAH MENGENAL ANAK KITA?